
Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember, seluruh artikel minggu ini membahas berita terbaru tentang HIV dan pengaruhnya bagi kita. Jika kamu menyukai apa yang kami lakukan, mohon pertimbangkan untuk memberi kami Like dan Follow media sosial kami (IG: @asiadotgay, dan FB: asiadotgay). Kamu juga bisa mendukung kami dengan berdonasi agar kami dapat terus membantu menyalurkan informasi penting lainnya seputar HIV dalam berbagai bahasa di seluruh Asia.
Upaya global untuk melawan AIDS telah mencapai babak baru setelah sebuah penelitian menunjukkan terapi pencegahan HIV baru yang diberikan melalui suntikan sebanyak enam kali setahun menunjukan tingkat keberhasilan lebih daripada rejimen pil harian.
Keberhasilan obat bernama cabotegravir tersebut begitu meyakinkan sehingga para peneliti mengakhiri uji klinis mereka lebih awal. Para peneliti percaya setidaknya sebagian dari keberhasilan suntikan tersebut dikarenakan oleh kemudahan mendapatkan enam suntikan setahun dibandingkan dengan minum satu pil sehari, atau 365 pil selama setahun.
Berita ini digambarkan sebagai batu loncatan bagi perempuan dalam perang global melawan AIDS, seperti diberitakan New York Times. Selain Truvada, pil harian yang dijual Gilead Sciences, saat ini belum ada alternatif lain untuk obat pencegahan HIV bagi perempuan.
Descovy, rejimen pencegahan HIV harian lainnya, hanya diresepkan untuk pria cisgender dan wanita transgender.
Memiliki opsi pencegahan yang efektif untuk wanita cisgender sangatlah penting. Pada tahun 2019, perempuan dan anak perempuan menyumbang setengah dari seluruh infeksi HIV secara global, dan remaja perempuan di Afrika secara tidak proporsional terkena penyakit tersebut, menurut UNAIDS, organisasi PBB yang memimpin perang melawan HIV dan AIDS.
“Jika kita ingin mengakhiri epidemi ini, kita harus bertindak untuk menghambat gelombang infeksi pada wanita-wanita tersebut,” kata Dr Kimberly Smith kepada New York Times. Dr Smith adalah kepala penelitian dan pengembangan di ViiV Healthcare, produsen obat suntikan tersebut.
“Itulah mengapa studi ini sangat penting. Terobosan ini memberikan opsi baru yang sangat efektif bagi wanita. ”
Dilakukan oleh HIV Prevention Trials Network, sebuah kolaborasi internasional yang didanai oleh National Institutes of Health, penelitian ini membandingkan obat yang disuntikkan dengan Truvada pada 3.223 peserta di 20 lokasi di tujuh negara di sub-Sahara Afrika.
Dari seluruh perempuan yang menerima Truvada, 34 di antaranya terinfeksi HIV selama percobaan, dibandingkan dengan hanya empat perempuan yang diberi suntikan. Setelah analisis sementara menunjukkan bahwa suntikan jangka panjang 89 persen lebih efektif daripada Truvada, dewan independen pemantau keamanan data merekomendasikan agar uji coba dihentikan lebih awal.
Percobaan sebelumnya menguji obat tersebut pada hampir 4.600 pria cisgender dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan pria dan menemukan bahwa obat tersebut 66 persen lebih efektif daripada Truvada pada populasi tersebut.
Uji coba tersebut diharapkan berlanjut hingga 2022 tetapi juga dihentikan pada bulan Mei karena alasan serupa.