
Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember, seluruh artikel minggu ini membahas berita terbaru tentang HIV dan pengaruhnya bagi kita. Jika kamu menyukai apa yang kami lakukan, mohon pertimbangkan untuk memberi kami Like dan Follow media sosial kami (IG: @asiadotgay, dan FB: asiadotgay). Kamu juga bisa mendukung kami dengan berdonasi agar kami dapat terus membantu menyalurkan informasi penting lainnya seputar HIV dalam berbagai bahasa di seluruh Asia.
Diperkirakan ada hampir 300.000 infeksi HIV baru dari sekarang hingga 2022, berdasarkan sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh UNAIDS.
Badan PBB merilis laporan tersebut menjelang Hari Aids Sedunia, yang jatuh pada tanggal 1 Desember, dengan mengutip data baru yang menunjukkan dampak pandemi terhadap tanggapan HIV global. Selain peningkatan jumlah infeksi, laporan tersebut juga memperkirakan terdapat hingga 148.000 lebih kematian yang terkait AIDS.
Peringatan badan PBB bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan melesetnya target penanganan krisis AIDS tahun 2020 di berbagai negara bukan hal yang baru. Sebelumnya pada bulan Juli, dikatakan bahwa target HIV untuk tahun 2020 tidak akan tercapai, sebagian karena “akses terapi antiretroviral yang sangat tidak merata dan adanya gangguan layanan” yang disebabkan oleh pandemi.
“Tindakan tegas perlu dilakukan setiap hari dalam satu dekade ke depan untuk mengembalikan dunia ke jalur yang benar untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030,” kata Winnie Byanyima, direktur eksekutif UNAIDS.
“Kemajuan yang dicapai orang banyak perlu dibagikan oleh semua komunitas di semua negara.”
Dalam laporan terbarunya, UNAIDS mengatakan bahwa kegagalan kolektif untuk melakukan respon HIV yang “komprehensif, berbasis hak dan berpusat pada masyarakat” harus dibayar dengan “harga yang mahal”.
Dari tahun 2015 hingga 2020, terdapat 3,5 juta lebih infeksi HIV dan 820.000 lebih banyak kematian terkait AIDS, dibandingkan jika dunia berada sesuai target tahun 2020.
Target baru untuk 2025
Dokumen UNAIDS juga memuat serangkaian target baru yang diusulkan untuk tahun 2025, berdasarkan program di negara-negara yang paling berhasil mengatasi HIV.
Program-program ini berpusat pada upaya pokok yang fokus pada peningkatan pengetahuan seputar HIV dan layanan kesehatan reproduksi dan seksual, bersamaan dengan penghapusan undang-undang yang bersifat menghukum, kebijakan-kebijakan, stigma, dan diskriminasi.
Jika target ini terpenuhi, dunia akan kembali ke jalur yang benar untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030, kata badan PBB tersebut.
Baca laporan selengkapnya di sini.
Satu anak terinfeksi HIV tiap 100 detik
Dalam laporan terpisah yang dirilis oleh Unicef pada November 2020, organisasi yang juga dikenal sebagai United Nation’s Children’s Fund, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memperburuk ketidaksetaraan dalam akses ke layanan HIV yang dapat menyelamatkan jiwa anak-anak, remaja, dan ibu hamil.
“Bahkan ketika dunia sedang berjuang di tengah pandemi global yang sedang berlangsung, ratusan ribu anak terus menderita akibat epidemi HIV”, kata direktur eksekutif Unicef Henrietta Fore.
Berdasarkan laporan, hampir 320,000 anak dan remaja terinfeksi HIV dan 110,000 anak meninggal karena AIDS tahun lalu. Itu artinya kira-kira satu anak atau remaja di bawah usia 20 tahun terinfeksi setiap satu menit dan 40 detik.
Ms Fore berkata: “Anak-anak terinfeksi pada tingkat yang mengkhawatirkan, dan mereka terus menderita karena AIDS. Bahkan sebelum Covid-19 menghentikan layanan penting untuk pengobatan dan pencegahan HIV yang membuat lebih banyak nyawa berada dalam risiko yang tinggi. ”