Seiring dengan perlombaan global dalam membuat vaksin untuk menaklukkan virus Covid-19 dan mengakhiri pandemi global terus berlanjut, kekhawatiran baru telah muncul bahwa beberapa vaksin yang diusulkan mungkin dapat meningkatkan risiko infeksi HIV.
Empat peneliti yang menerbitkan laporan di jurnal medis The Lancet pada bulan Oktober mengatakan bahwa beberapa formulasi vaksin menggunakan komponen yang sama yang menyebabkan kegagalan uji coba vaksin HIV pada 2007, uji coba yang terbukti meningkatkan tingkat infeksi HIV di antara para pria yang berpartisipasi. Menariknya, Dr. Anthony Fauci, yang menjadi terkenal di seluruh dunia sebagai penyuara pendapat ilmiah paling lantang dalam perang COVID Amerika, adalah salah satu penulis studi tahun 2014 yang menguraikan masalah vaksin HIV tersebut.
Apa masalahnya?
Vaksin hampir selalu diciptakan menggunakan virus yang dimodifikasi menjadi penyalur untuk mengangkut materi ke dalam tubuh, dan banyak dari virus tersebut adalah jenis adenovirus yang biasanya tidak berbahaya.
Namun, adenovirus 5 (Ad5) yang menyebabkan masalah pada vaksin HIV kini digunakan dalam beberapa rancangan vaksin untuk Covid-19. CanSino Biologics yang berbasis di China adalah yang sudah mencapai langkah terjauh dengan melakukan pengujian klinis vaksin Fase III yang menggunakan dan berbasis Ad5 di Rusia dan Pakistan dan berharap untuk memperluas ke Arab Saudi, Brasil, Cile, dan Meksiko.
Hal terakhir yang diinginkan petugas kesehatan di Asia adalah solusi potensial yang pada akhirnya malah menyebabkan lebih banyak masalah. Menurut PBB, 5,8 juta orang Asia saat ini merupakan penderita HIV, dan ada 300.000 infeksi baru dan 160.000 kematian terkait AIDS di seluruh Asia dan Pasifik pada tahun 2019.
Meskipun banyak negara telah berhasil mengendalikan penyebaran HIV, infeksi baru justru meningkat di Bangladesh, Pakistan, Filipina, dan Papua Nugini, dan kematian terkait AIDS meningkat di negara-negara tersebut, termasuk juga di Indonesia.
Untungnya, masih ada kemungkinan opsi lain.
Vaksin yang sedang diteliti di perusahaan farmasi besar seperti Johnson & Johnson dan AstraZeneca (bekerja dengan Universitas Oxford) telah menghindari Ad5 dan menggunakan adenovirus yang berbeda dalam vaksin mereka.
Pakar kesehatan global mendesak semua produsen virus untuk menghindari penggunaan vaksin berbasis Ad5 di wilayah-wilayah yanng tingkat HIVnya saat ini paling tinggi. Termasuk Lawrence Corey, salah satu penulis penelitian dan salah satu pemimpin pengujian vaksin di Institut Kesehatan Nasional AS, yang mengungkapkan kekhawatirannya kepada majalah Science tentang pengujian vaksin di daerah dengan tingkat HIV yang tinggi.
Covid-19 harus dihentikan secepat mungkin, tetapi sangat penting bahwa dalam pertempuran, kita tidak menimbulkan korban yang tidak perlu.

Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember, seluruh artikel minggu ini membahas berita terbaru tentang HIV dan pengaruhnya bagi kita. Jika kamu menyukai apa yang kami lakukan, mohon pertimbangkan untuk memberi kami Like dan Follow media sosial kami (IG: @asiadotgay, dan FB: asiadotgay). Kamu juga bisa mendukung kami dengan berdonasi agar kami dapat terus membantu menyalurkan informasi penting lainnya seputar HIV dalam berbagai bahasa di seluruh Asia.