Kita semua ingin memiliki hubungan yang stabil dan bahagia. Tetapi terkadang dalam prosesnya, kita menggenggam pasangan kita terlalu erat sehingga secara tidak sengaja malah mendapat yang sebaliknya.
Sifat toxic tidak bisa dipukul rata karena banyak pendekatan yang menunjukkan tanda hubungan yang toxic, seperti: posesif, manja, cemburu. Artikel ini cocok untuk kamu yang mungkin mengalami pola hubungan yang tidak sehat ini, untuk menunjukkan bahwa terkadang sebuah hubungan dapat berjalan lebih baik ketika kamu bisa sedikit lebih santai.
Apa maksudnya menggenggam terlalu erat?
Ada beberapa tanda ketika seseorang melakukan hal ini. Saat awal berpacaran, pasangan ini terlalu cepat merasa terikat dengan satu sama lain. Maka dari itu mereka mulai memiliki ekspektasi yang menuntut bagi kedua pihak. Mereka mungkin mengirim pesan seperti “Kamu kangen ga sih sama aku?”, Atau “Kok kamu tidak membalas pesanku seharian?” padahal mereka baru bertemu beberapa kali.
Sifat hubungan mereka pada tahap itu secara teknis hanyalah orang yang baru kenal, tetapi dia sudah memperlakukan orang lain dengan ekspektasi emosional sebagai pacar. Hal ini malah akan menakut-nakuti orang yang mereka sukai dan mungkin membuat mereka menjauh.
Selama menjalani hubungan, terkadang orang mencoba membatasi kebebasan pasangannya. Mereka dapat melakukan hal ini dengan melarang pasangannya melakukan hal-hal tertentu secara langsung, seperti melarang untuk terlalu sering bergaul dengan teman-temannya. Atau mereka dapat melakukan ini secara tidak langsung, dengan memancing untuk mendapat perhatian secara eksklusif.
Kamu akan sering merasa paksaan bahwa kamu harus melakukan sesuatu dengan cara tertentu untuk menghindari risiko membuat pasanganmu merasa kesal. Bahkan jika model hubungan ini berhasil bertahan, kemungkinan besar mereka akan merasa tidak bahagia dalam hubungannya.
Kenapa kita melakukan hal seperti ini?
Perilaku ini berasal dari keraguan tentang komitmen pasangan kita kepada kita, atau bahkan ketakutan yang lebih dalam bahwa kita tidak pantas untuk dicintai. Beberapa dari kita takut bahwa kita tidak akan pernah menemukan seseorang yang dapat mencintai kita, namun kita tetap saja haus untuk dicintai.
Ini membuat kita berpegang pada orang pertama yang kita temui yang menunjukkan potensi sekecil apa pun untuk menjadi pasangan kita. Dan kita menggenggamnya terlalu erat, khawatir jika kita tidak cukup berhati-hati, kesempatan (pasangan kita) ini akan meninggalkan kita. Seolah-olah pacar kita adalah semacam harta berharga yang harus kita jaga agar orang lain tidak mencurinya.
Ada beberapa bukti yang mendukung hal ini. Studi menemukan bahwa gaya keterikatan yang penuh keraguan dan kecemasan ini lebih banyak ditemukan pada pria gay daripada pada masyarakat umum. Dan orang-orang dengan gaya keterikatan itu dicirikan oleh ketakutan yang terus-menerus atas rasa kesendirian.
Mereka mendambakan keintiman, sangat emosional dan bergantung pada orang lain. Ini menjelaskan prevalensi pria gay yang memegang hubungannya terlalu erat.
Apa yang harus kita lakukan?
Sering kali ketika kita melakukan hal ini, kita tahu kalau ini tidak baik, tetapi kita tetap melakukannya karena perasaan yang kita alami ini terlalu kuat. Pahami bahwa meskipun kita mungkin tidak dapat mengendalikan perasaan kita, kita dapat mengontrol tindakan kita dalam menanggapinya, dan bahwa perasaan kita tidak pantas untuk membenarkan perilaku tidak sehat seperti itu.
Saya tahu ini adalah hal yang sulit, ketika perasaan kita terhadap seseorang terasa begitu meluap-luap. Tapi kita bisa belajar untuk menarik nafas sejenak dan bertindak rasional. Coba sedikit lebih kalem dan pelan-pelan, beri pasanganmu ruang untuk bernapas dan rileks. Biarkan hubunganmu berkembang dengan kecepatan alaminya.
Daripada memaksa mereka untuk memberikan kasih sayang ke kita, tunjukkan bahwa kita peduli pada mereka. Lebih penting lagi, kamu harus belajar bahagia dengan dirimu sendiri terlebih dahulu. Mencari kebahagiaan melalui kasih sayang dari orang lain merupakan pertanda bahwa kamu belum siap untuk menjalin hubungan.
Seseorang yang bahagia dengan dirinya sendiri juga akan secara alami memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan hubungan yang stabil.
Recent articles

Singapore to Repeal 377a Penal Code Law That Criminalises Sex Between Men
SINGAPORE: In his 2022 National Day Rally speech on 22 August 2022, Prime Minister of Singapore, Mr Lee Hsien Loong, announced that Singapore would repeal Section 377A, bringing the law in line with current social norms. The news would bring some solace to gay Singaporeans. “They are our fellow Singaporeans. They are our colleagues, our…

3 LGBTQIA+ Charities To Support This Summer
Giving back to your community is important and with Pride month quickly approaching, we thought it was a good idea to mention some meaningful, significant LGBTQ+ charities to support this summer! Ten Oaks Project The Ten Oaks Projects focuses on LGBT children and youth groups to connect and grow through programs. The project is based…

Katy Perry’s Play Las Vegas Residency Review
“Wig. Did you just say wig? I know… Wig. I feel that already.” – Katy Perry, 2018 When my friends invited me to a Vegas weekend getaway a few months ago, I knew what had to be done. I’ve always loved Katy Perry. Dare I say… I’ve always been a Katy Cat. Ever since lil…