top view of key in padlock on yellow background

Mitos terbesar tentang seks gay? Penetrasi adalah SEGALANYA.

Written by:

asiadotgay

asiadotgay

asia.gay is your reference to travel, lifestyle, sex, relationships, health, culture and communities across Asia, in multiple languages.

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on linkedin
Share on telegram

ADVERTISMENT

Kita semua sangat terobsesi dengan penetrasi. Dan jika kamu mempercayai pornografi — sesuatu yang, pada tahap ini, harus kita ketahui bukanlah pedoman seksual yang akurat — seks anal adalah tujuan akhir ketika dua pria berhubungan seks.

Seni seks anal sudah menjadi perwakilan untuk pria gay. Tetapi seks anal bukanlah tentang orientasi seksual; dengan kata lain: Ada lebih dari satu cara bagi kaum gay untuk bercinta.

Tidak semua orang suka anal

Seks itu berbeda-beda untuk semua orang, dan itu berlaku juga untuk anal. Beberapa orang merasa tidak nyaman dengan gagasan penetrasi anal, atau mungkin telah mencobanya dan ternyata mereka tidak menyukainya. Hal ini seharusnya mudah dimengerti, tetapi perlu diingat. Selain itu, hal ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk meninggalkan pasangan. Membatasi diri hanya pada satu rasa berarti menutup banyak pengalaman baru.

Mempersiapkan seks anal bisa jadi merepotkan

Tentu, kita semua pernah bersalah karena terlanjur keenakan dan melupakan persiapan. Tapi sesungguhnya, ada lebih banyak tentang seks anal daripada sekadar penetrasi. Douching dan sedikit pemanasan disarankan untuk mendapatkan kenikmatan yang optimal, dan hey, kita tidak punya waktu untuk itu.

Mungkin itulah sebabnya, menurut sebuah studi di tahun 2011 terhadap 25.000 pria yang berhubungan seks dengan pria lain yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine, kurang dari 40 persen responden melaporkan melakukan seks anal dengan pasangan seksual terakhir mereka. Kenyataannya, kita tidak melakukan seks anal sebanyak yang orang kira.

Seks gay adalah apa pun yang kamu inginkan

Tapi jangan salah paham: Saya tidak menyuruh untuk berhenti melakukan anal. Sebaliknya, saya mencoba untuk mematahkan mitos tentang seks gay. Menjadi gay itu sendiri sudah cukup sulit tanpa harus mengkhawatirkan tekanan dari dalam komunitas kita sendiri untuk mengikuti sebuah standar.

Gunakan seksualitasku sebagai kesempatan untuk membebaskan diri dari belenggu ekspektasi seksual. Karena jika ada satu hal dalam kehidupan gay yang tidak boleh dirumuskan – itu adalah seks.

Jadi, pergilah dan lanjut bercinta.

Alim Keraj

Artikel ini, pertama kali terbit di GQ.com, telah diedit untuk kejelasan.

Same Author

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Newsletter

No spam, notifications only about new articles.