Mengunjungi klinik untuk pemeriksaan kesehatan dapat menjadi sebuah pengalaman yang menegangkan. Bagi sebagian orang, proses pemeriksaan mungkin malah lebih membuat cemas dibandingkan diagnosisnya – terutama jika pengalaman tersebut membuatmu merasa dihakimi dan diekspos.
Rasa takut dihakimi adalah ketakutan yang umum dirasakan oleh sebagian besar orang gay, dan bisa jadi lebih buruk di lingkungan klinis, di mana dokter dan perawat diharapkan untuk bersikap profesional dan memperlakukan semua pasien dengan setara.
Carilah penyedia layanan kesehatan yang memahami kebutuhanmu
Jika kamu menghubungi lima sekolah kedokteran dan bertanya berapa lama pelatihan yang dikhususkan untuk menangani pasien LGBTQ+, saya rasa jawaban yang paling umum adalah tidak ada sama sekali.
Karena perawatan untuk LGBTQ+ tidak diprioritaskan di sekolah kedokteran, menemukan dokter yang dapat memahami kebutuhanmu mungkin terasa mustahil, terutama jika kamu tidak tinggal di kota besar. Kemungkinan besar kamu akan menemui dokter yang tidak dapat memahami kebutuhanmu, dan mungkin mengalami beberapa masalah seperti kesalahan dalam mendeteksi gender, interogasi identitas, dan perawatan yang tidak tepat.
Kesehatan seksual bagi komunitas LGBTQ+ adalah hal yang kompleks dan multidimensi. Banyak pria mengalami isu seperti disfungsi ereksi tapi kebanyakan enggan untuk membicarakannya atau secara aktif mencari perawatan. Orang-orang trans harus mempertimbangkan kesehatan dua gender dan kebanyakan mengalami beban psikologikal untuk menjelaskan kebutuhannya pada seseorang yang mungkin tidak peduli.
Agresi semacam itu dapat memperburuk kesehatan mental seorang LGBTQ+. Dan efek kesehatan yang negatif ini dapat berlipat ganda bagi seseorang yang berpenghasilan rendah dan kurang mampu. Orang-orang berrisiko adalah yang paling rentan dalam hal akses layanan kesehatan. Itulah mengapa kita harus membantu mendukung orang-orang di komunitas kita – terutama ketika mereka tidak dapat membantu dirinya sendiri.
Bagaimana memilih klinik yang tepat
Ada banyak cara untuk mengidentifikasi klinik yang bagus. Pertama, klinik yang bagus selalu menawarkan layanan yang komprehensif, terbaru, dan “bebas stigma” – baik untuk layanan medis atau non-medis – untuk meningkatkan kualitas hidup pasien-pasiennya.
Mereka juga tidak menghakimi, dan mengedepankan kerahasiaan pasien. (Kamu tidak akan melihat perawat yang bergosip dan harus menunggu di ruangan di mana semua orang dapat melihatmu.) Dan yang paling penting, mereka menawarkan perawatan yang dikhususkan untukmu dan merawatmu dengan hormat dan bermartabat.
Kini, kamu juga bisa memilih klinik online yang menawarkan konsultasi online atau lewat telpon. Dengan menawarkan perawatan pribadi kepada pasien dalam privasi rumah mereka, pasien akan lebih nyaman untuk mendiskusikan topik yang mungkin dianggap tabu di ruang publik. Setelah konsultasi online atau lewat telpon dengan dokter, pasien diberi resep obat yang kemudian dapat dibeli langsung melalui platform yang sama, semua dalam kenyamanan rumah pasien.
Klinik kesehatan seksual yang baik juga dapat menawarkan resep online untuk kontrasepsi, terapi hormon, obat DE umum, perawatan rambut rontok, alat tes HIV dan PMS di rumah, serta PrPP dan isi ulang obat lainnya – semua tanpa perlu ke dokter di klinik.
Berikut daftar klinik yang melayani komunitas LGBTQ+ di Asia:
Singapura: PULSE CLINIC Singapore (Tanjong Pagar), Dr Tan Medical Center (Novena), My Clinic by Dr Alan, AFA, DSC (Kalantan)
Hong Kong: PULSE CLINIC Hong Kong (Central), AIDS Concern Hong Kong (Jordan)
Thailand: PULSE CLINIC Bangkok (Silom, Nana, Phromphong, Phayathai), PULSE CLINIC Phuket (Patong Beach), EU Health & Wellness Bangkok (Ploen Chit, Asok)
Malaysia: PULSE CLINIC KL (Bukit Bintang, Bangsar), Pink Triangle

Artikel bersponsor ini dipersembahkan oleh PULSE CLINIC. Sejak tahun 2014, dengan bangga PULSE CLINIC telah menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas untuk semua kalangan. PULSE CLINICS berlokasi di Thailand, Malaysia, Hong Kong, Singapura dengan kolaborasi dan sistem pendukung di seluruh dunia. Kami ada untuk membantu, bukan menghakimi.